Jumat, 16 November 2012

Selamat Datang [kembali]

Ketika kemudian ada yang kembali hadir. Mengetuk pintu yang memang tak pernah tertutup.

Sayang, ini kali sekian kau mengetuk!
Aku sudah mempersilahkanmuu masuk.
Luka kuu masih tersimpan,, tapi kuu ucap selamat datang kembali..

Aku masih mencintaimuu..
Lengkap dengan luka dan airmata..


|Ketika tanda koma memasuki inbox pertama lepas senja hari itu!|
|11 November 2012|

Selasa, 13 November 2012

45 Hari



"Saya percaya, kalo Nino itu orangnya kuat dan sabar."

Itu kata seorang temanku ketika 45 hari yang lalu saya harus kehilangan sosok Imam dalam keluargaku. Papa kuu harus pergi untuk selalma-lamanya. Sakit yang dideritanya harus membawanya pergi untuk selamanya. Sosok Papa yang tak pernah mengeluh tentang sakit yang dirasakannya sempat membuat Ibunda kuu hampir lelah bertahan. Papa yang tak pernah sedikitpun mengeluh akhirnya tak bisa bertahan, selama hampir 1 bulan merasakan sakit dan bertahan untuk tidak diopname di rumah sakit dan memilih untuk dirawat di rumah harus menyerah karena penyakit inveksi ginjal.

Tak pernah ada kata lain yang diucapkannya sebelum kepergiannya selain 'sekolah yang harus selesai tepat waktu'. Saya sempat berontak ketika kabar Papa yang sakit harus kuu ketahui dari seorang tante yang menanyakan keberadaan kuu. Sebelum kepergian Papa,, saya sedang ada kegiatan di Pinrang selama 6 hari. Komunikasi dengannya di hari-hari terakhirnya sangat sering, menelponnya atau sekedarnya memberitahukan kabarku yang sedang ada tugas dari Laboratorium di tempat yang baru pertama kali kuu kunjungi.

Sampai akhirnya, kepulanganku dari Pinrang pada hari Jum'at menjadi komunikasi terkahirku dengannya sebelum ia menghembuskan nafasnya di malam minggu. Kondisi tubuh yang sudah tak lagi mampu melawan rasa sakit membuat Papa harus dilarikan ke Rumah Sakit. Sore sebelum kepergiannya kuu telpon Adek Bungsu dan dia mengatakan kalau Papa dibawa ke Rumah Sakit karena kondisi tubuh yang sudah lemas. Sempat kaget dan mulai bicara tidak teratur karena kaget mendengar Papa yang harus dibawa ke Rumah Sakit. Adek Bungsu yang karakter orangnya memang tenang, mengatakan bahwa semuanya akan baikbaik saja.

Lepas adzan maghrib, kuu terima telpon dari Mama dengan nada yang sangat tenang, ia menyuruhkuu untuk segera pulang, mencari tiket malam itu juga. Rasa kuu campur aduk. Kuu sampai kepada Adekku yg kedua dengan nada yang setenang mungkin untuk segera berkemas dan membawa pakaian seadanya dan segera berangkat ke tempat Bus Antar Kota untuk mencari tiket untuk keberangkatan malam itu juga. Hati mulai sudah tidak tenang, mengucapkan istigfar tak henti-hentinya dalam hati. Dalam perjalanan menuju ke terminal Bus, Handphone kuu berbunyi. Adek Bungsu memanggil. Rasa mulai berkecamuk, tapi kuu yakinkan diri bahwa semuanya akan baikbaik saja. Belum sempat kuu ucap kata 'halo' kuu dengar isakan tangis yang menyeruak. 'Yaa.. Allah,, apakah inii Ayah??' Batinkuu. Detak jantungku semakin cepat sampai akhirnya Adek Bungsu berkata dengan terbata-bata bahwa Papa sudah pergi. Sontak tangis yang mulai tak tertahankan keluar begitu saja. Kuu sampaikan kepada Adik bungsu dan Adekku yang kedua untuk sabar dan mengucapkan 'Innalillahi wa Inna Ilahi Rojiun'. Segera kuu melaju dengan kecepatan yang sedikit diatas rata-rata.

Dalam perjalanan, kuu hubungi orang-orang yang kuu untuk sedikit berbagi tentang duka ku. Tak sedikit dari mereka yang tak percaya dengan keadaan Papa yang meninggal tanpa sedikit pun mengeluh tentang rasa sakitnya. 23.30 berangkat ke Palopo dengan tante dan nenekku. Dalam perjalan pulang, batinku berbisik. Banyak yang terfikirkan. Tak pernah terfikir kalau Papa akan pergi secepat ini saat aku dan kedua adikku belum bisa memberinya apa-apa saat aku dan mereka masih butuh bimbingan dan kasih sayang dari seorang Papa. Tak habis fikiran kuu kepada dua orang adikku, kembali kuu teringat sosok Mama yang menyayangi Papa lebih dari apapun. Bagaimana dia bisa menjalani harinya yang baru akan menginjak 5 tahun bisa se rumah dengan Papa yang harus tugas di luar kota. Bagaimana dan Apa yang akan terjadi setelah ini.

Sepanjang perjalanan pulang,, kuu tanamkan dalam hati. Banyak yang akan berubah setelah hari ini, kehidupanku, kehidupan, Ibundaku, dan kehidupan kedua adikku. Dan tak hanya itu, banyak juga yang akan berubah termasuk orang sekelilingku.Aku harus bisa kuat didepan kedua adikku dan menyemangati Ibunda kuu. Hari ke depan mungkin akan sedikit berat karena harus berpurapura tegar. Hati saja belum bisa mengikhlaskan semuanya sementara aku sebagai Sang Sulung harus bisa sedikit mengontrol hati. Saya butuh teman yang bisa sedikit mengerti dan selalu ada. Dan saya berterima kasih kepada Gadis-Gadiskuu dan Jeng-Jengku yang membantu kuu berdiri ketika semua kuu rasa susah. Sekarang, belajar mengikhlaskan Papa dan menyemangati Mama. 

"Terima Kasih Tuhan sudah mengijinkan Aku untuk kembali belajar tentang sebuah arti kehilangan dan arti hidup.
Tuhan,, kembali ajarkan ku untuk ikhlas dan sabar, seperti ketika kau ajarkanku tentang kehilangan sebelum ini."

Makassar, 13 November 2012
|masalah adalah yang membuatmu belajar dewasa|