Malam minggu mungkin banyak yang menyempatkan waktu untuk
keluar jalan, hunting, makan, atau sekedar ingin menikmati malam diseputaran
tempat-tempat yang memberikan ‘view’ yang bagus. Dan pastinya, tidak sedikit
yang memililh untuk betha di rumah.
Tapi, malam ini saya lebih memilih untuk stay di rumah dan nangkring depan TV.
Dan pilihan yang tepat untuk malam ini adalah nonton TV sambil sesekali
berSMSan ria dengan teman-teman sembari
berbagi apa sedang mereka lakukan malam ini.
Pilihan untuk menonton TV selalunya bercokol di TransTV,
Trans7, Metro TV, sama TvOne. Dan pilihan itu masih berlaku malam ini, sesekali
menonton acara komedian, berita yang menyajikan pengetahuan umum baik itu dari
segi pemerintah maupun yang lain. Dan malam ini, di MetroTV menyajikan tentang
Kepala Negara yang melibatkan istri-istri mereka dalam pengambilan keputusan
atau kebijakan yang melibatkan kepentingan Negara. Antara lain dari Ibu Negara
tersebut adalah 2 orang Ibu Negara dari Pemerintahan di Amerika Serikat sana,
yaitu Hillary Clinton yang pernah menjadi First Lady dan juga Ibu Negara
Amerika yang sekarang yaitu Michelle Obama.
Tapi sekarang, saya tidak ingin membahas tentang acara yang
ada di MetroTV tapi saya akan membahas tentang acara yang ada di TransTV. Pengabdian
itu nama acara ini. Pengabdian kali ini membahas tentang perjuangan seorang
guru yang mengabdikan hidupnya untuk mengajar di sebuah sekolah yang ada diatas
bukit.
Sekolah Daun, itu nama sekolah ini. Letaknya berada di atas
bukit yang ada di salah satu daerah di Sulawesi Tengah. Sekolah ini berada jauh
dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Berada diatas bukit dengan tinggi yang
menjulang dan jauh dari kehidupan kota dengan kehidupan masyarakatnya yang belum
menikmati fasilitas listrik dan air bersih. Hidup dalam kesederhanaan tidak
membuat mereka menyerah dan kehilang semangat untuk tetap melalui hidup mereka.
Kehidupan masyarakat suku Kaili inde, Sulawesi Tengah ini lebih cenderung hidup
sendiri sehingga jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lain cukup
jauh. Masyarakat didesa ini hidup dengan berkebun.
Ibu Indrawati, sosok yang memberikan mereka semangat untuk
melalui kembali harihari mereka. Guru seorang pahlawan tanpa tanda jasa,
menurut saya cocok diberikan kepada Ibu yang satu ini. Walaupun hanya sebagai
seorang guru bantu tidak menyurutkan keinginannya untuk mengajar, berbagi, dan
memberikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepaada para siswanya yang selalu
menunggunya.
Perjalanan menuju Sekolah Daun tidaklah sebentar, letaknya
yang berada diatas bukit membuat Ibu Indra harus melakukan berjalanan kaki
selama kurang lebih 3 jam untuk sampai di sekolah ini. Waktu yang tidak
sebentar untuk dilalui dengan berjalan kaki. Selain itu, dia harus melalui
medan-medan yang cukup terjal melewati jurang, dan berjalan diatas ketinggian
denga kemiringan yang sampai berada pada 80 derajat.
Sekolah Daun hanya memilikii 2 kelas dengan 6 orang guru
yang salah satunya adalah Ibu Indra, tak banyak guru yang ingin mengajar di
sekolah ini melihat jarak yang sangat jauh dan harus dilalui dengan berjalan
kaki. Sekolah ini sudah mengalami perubahan dalam pembangunannya. Awalnya,
Sekolah Daun hanya berdindingkan beberapa helai daun kelapa, itulah mengapa
mereka menyebutkan sekolah mereka dengan Sekolah daun walupun sekarang, sekolah
mereka sudah tidak lagi berdinding dan beralaskan daun kelapa.
Sekolah ini sama dengan sekolah pada umunya, mereka sudah
menggunakan seragam walaupun tidak memiliki fasilitas yang sama dengan sekolah
lain. Mereka sangat mencintai seragam sekolah mereka, jadi mereka tidak
menggunakan seragam mereka dari rumah. Ketika sampai di sekolah barulah mereka
menggunakannya, hal ini mereka lakukan karena perjalanan mereka menuju sekolah
sangat jauh dan harus melalui jurang-jurang takutnya jika menggunakan seragam
mereka dari rumah, nantinya akan merusak seragam kebanggaan mereka.
Belajar dan berjumpa dengan guruguru mereka adalah halhal
yang sangat mereka tunggutunggu tiap harinya karena dengan begitu mereka bisa
menambah pengetahuan mereka tentang dunia luar dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang ada. Ibu Indra, sosok ibu guru yang selalu setia mengajarkan
ilmu kepada mereka tidak pernah merasa lelah untuk mengajar anakanak ini. Meskipun
waktu belajar telah usai, semua murid tidak langsung beranjak meninggalkan
sekolah mereka. Ada yang bermain dan ada pula yang berkumpul untuk menikmati
bekal yang mereka bawa dari rumah untuk menisi kembali energi untuk menapaki
jalan panjang dengan jurang sebagai sahabatnya. Bekal yang mereka bawa adalah
bekal yang ala kadarnya, seperti singkong rebus.
Ibu Indra tidak hanya mengajar untuk anakanak yang ada di
desa tersebut, tetapi beliau juga mengajarkan cara membaca dan menulis kepada
orang tua yang ada di sekita desa tersebut. Tak hanya Ibu-ibu, dan bapak-bapak
tetapi juga hadir neneknenek yang sudah lanjut usia. Ibu Indra mengajar untuk
memberantas buta aksara dan juga untuk membantu para masyarakat disini agar
mengetahui cara menulis, membaca, dan mengetahui angka.
Ibu Indra dengan
semangat yang ia miliki rela mengorbankan waktunya untuk naik,, menatapaki
jalan yang panjang dan menanjak. Berjalan diatas kemiringan antara 80 derajat. Berjalan
dengan bertemankan hutan dan jurang. Dialah seorang guru yang benarbenar
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA. Dengan harapannya, bisa menciptakan dan melahirkan
generasi muda, anakanak bangsa yang kelak dapat menjadi tonggak untuk perubahan
desa mereka nantinya. Semua dilakukannya untuk memajukan dan menjadikan para
anak didiknya sebagai generasi muda
bangsa yang bisa berguna bagi nusa dan bangsa. Bukan hanya itu, dia juga
berharap agar kelak nantinya, dianatara sekian banyak anak didiknya, kelak ada
yang dapat menggantikannya. Kelak... suatu saat nantii.... J
Terpujilah wahai engkau
ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
dalam sanubariku
ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
dalam sanubariku
Semua baktimu
akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti
terima kasihku tuk pengabdianmu
akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti
terima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa…
tanpa tanda jasa
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa…
tanpa tanda jasa
Samata, 31 Maret 2012
Nino_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saran dan Komentar kalian sangat membantu dalam pengembangan blog inii.. :)