Pada sebuah malam yang pengap diantara purnama dan langit
yang mengap. Aku melihatmuu menangis, menyeka butiranbutiran air mata yang
perlahan jatuh melintas dipipi muu. Aku bahkan tak percaya melihatmuu
meneteskan air mata saat aku hendak beranjak pergi.
Katamuu, sepertinya aku sudah tak lagi memberimu rasa
percaya kuu. Hingga kau pun meneteskan air mata. Melihat semua yang sudah kita
lakukan, semua yang sudah kita jalani ‘kepercayaan’ adalah sesuatu yang sangat
berarti untuk kita. Tapi, ternyata percaya kuu telah berkurang sayaang bahkan
perlahan pudar. Aku tak lagi tau harus menjalani kisah kita seperti apa.
Bimbang.. Sungguh. Aku tak tau harus bagaimana lagi menghadapimuu, sampai
akhirnya kuu putuskan untuk mengakhiri semuanya. Karena bagikuu, kepercayaan
adalah pondasi untuk kita ke depannya. Dan sekarang, aku tak lagi menemukan
‘percaya’ itu.
Namun, malam beranjak menyambut pagi yang kemudian membuatmuu berkata untuk
memperbaiki semuanya. Aku mungkin ‘bodoh’ karena masih memberimuu kepercayaan
kuu untuk memperbaiki semuanya, karena ternyata kamu bukan orang yang
benarbenar bisa dipercaya. Dan kuu rasa,
itu hal terbodoh yang kuu lakukan untukmuu, karena aku memberikan ‘percaya’ kuu
untuk seseorang yang tak pernah menghargai sebuah kata ‘percaya’.
Samata, 14 Maret 2012 08.01 a.m
Saat kuu temukan sebuah catatan tentang ‘korban perasaan’. Sebenarnya, tidak ingin memposting ini, tapi hanya sedang ingin menegaskan sesuatu. :D